TUGAS KE LIMA BAHASA INDONESIA (artikel informatif)
(Jakarta, 20 April 2013)
Saat terserang flu, kebanyakan orang akan berpikir bahwa efek buruknya hanya sakit tenggorokan dan nyeri selama seminggu. Padahal, infeksi virus sebenarnya dapat bertahan lama dan efeknya mempengaruhi otak, namun tak terdeteksi dengan jelas.
Saat terserang flu, kebanyakan orang akan berpikir bahwa efek buruknya hanya sakit tenggorokan dan nyeri selama seminggu. Padahal, infeksi virus sebenarnya dapat bertahan lama dan efeknya mempengaruhi otak, namun tak terdeteksi dengan jelas.
Virus
influenza dan herpes dapat menyebabkan sel-sel otak lebih rentan
terhadap kerusakan di kemudian hari dan meningkatkan risiko penyakit
Alzheimer serta Parkinson. Hal itu disebabkan karena virus bisa masuk ke
otak dan memicu peradangan yang dapat merusak sel-sel otak.
Dalam
artikel yang dimuat oleh jurnal Science Translational Medicine, Isacson
menjelaskan bahwa variasi jumlah infeksi akan membedakan orang yang
akan mengalami penyakit Parkinson pada usia 65 tahun ataukah pada usia
95 tahun.
Maka
itu segera melakukan tindakan untuk menurunkan peradangan yang terjadi
setelah infeksi virus akan mengurangi kerusakan sel dan risiko penyakit
otak.
Isacson
merujuk sebuah peneltiian tahun 2011 terhadap 135.000 orang yang
menemukan bahwa orang yang meminum ibuprofen, obat untuk mengurangi
peradangan, memiliki kemungkinan 30% lebih rendah mengalami Parkinson
selama enam tahun dibandingkan dengan yang tidak meminum obat.
Salah
bukti awal mengenai hubungan antara penyakit virus otak berasal dari
pandemi influenza tahun 1918. Setelah wabah flu tersebut, ada
peningkatan dramatis kasus penyakit yang disebut parkinson
postencephalitic, penyakit dengan banyak gejala yang sama seperti
Parkinson.
Dalam
percobaan lain yang lebih ketat, sebuah penelitian tahun 2009
menunjukkan bahwa tikus yang disuntik dengan virus flu H5N1 mengalami
infeksi sel-sel di daerah otak yang diketahui mempengaruhi penyakit
Parkinson.
Penelitian
juga menunjukkan bahwa infeksi virus herpes tertentu dapat meningkatkan
risiko penyakit Alzheimer. Selain itu, radang otak yang disebabkan oleh
virus dapat mengarah langsung pada penyakit Parkinson akut yang
bertahan sementara, namun kasusnya sangat jarang.
"Tapi
pada banyak kasus, infeksi virus di otak tidak terlihat. Dampak dari
infeksi tidak akan diketahui sampai terjadi kerusakan otak yang cukup
besar," kata Isacson seperti dilansir MyHealthNewsDaily.com, Kamis
(16/2/2012).
Beberapa
minggu setelah infeksi, jumlah molekul penyebab peradangan yang disebut
sitokin mencapai puncaknya. Banyaknya jumlah sitokin inilah yang diduga
bertanggung jawab atas kerusakan sel otak yang berhubungan dengan
infeksi virus.
Jika peneliti bisa menemukan cara untuk memblokir jumlah molekul ini, maka risiko penyakit saraf dapat dikurangi.
Selain
itu, peneliti juga mencoba mengidentifikasi virus yang menyebabkan
lonjakan sitokin sangat parah untuk lebih memahami infeksi apa yang
menimbulkan risiko terbesar bagi otak.
Penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk memahami infeksi apa saja yang
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memicu penyakit otak.
Sumber:
kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar