Sabtu, 20 April 2013

Flu Harus Segera Diobati Untuk Kurangi Resiko Kerusakan Otak

TUGAS KE LIMA BAHASA INDONESIA (artikel informatif)

 


(Jakarta, 20 April 2013) 
Saat terserang flu, kebanyakan orang akan berpikir bahwa efek buruknya hanya sakit tenggorokan dan nyeri selama seminggu. Padahal, infeksi virus sebenarnya dapat bertahan lama dan efeknya mempengaruhi otak, namun tak terdeteksi dengan jelas.

Virus influenza dan herpes dapat menyebabkan sel-sel otak lebih rentan terhadap kerusakan di kemudian hari dan meningkatkan risiko penyakit Alzheimer serta Parkinson. Hal itu disebabkan karena virus bisa masuk ke otak dan memicu peradangan yang dapat merusak sel-sel otak.

"Virus dan peradangan adalah faktor awal bagi beberapa penyakit saraf yang paling umum. Satu serangan flu saja tidak akan menyebabkan kerusakan yang signifikan. Tapi sepanjang usia, kerusakan pada sel-sel menumpuk. Dan bersama dengan tekanan dari lingkungan, gangguan itu dapat membunuh sel-sel otak dan memicu penyakit otak," kata Dr Ole Isacson, profesor neurologi di Harvard Medical School.

Dalam artikel yang dimuat oleh jurnal Science Translational Medicine, Isacson menjelaskan bahwa variasi jumlah infeksi akan membedakan orang yang akan mengalami penyakit Parkinson pada usia 65 tahun ataukah pada usia 95 tahun.

Maka itu segera melakukan tindakan untuk menurunkan peradangan yang terjadi setelah infeksi virus akan mengurangi kerusakan sel dan risiko penyakit otak.

Isacson merujuk sebuah peneltiian tahun 2011 terhadap 135.000 orang yang menemukan bahwa orang yang meminum ibuprofen, obat untuk mengurangi peradangan, memiliki kemungkinan 30% lebih rendah mengalami Parkinson selama enam tahun dibandingkan dengan yang tidak meminum obat.

Salah bukti awal mengenai hubungan antara penyakit virus otak berasal dari pandemi influenza tahun 1918. Setelah wabah flu tersebut, ada peningkatan dramatis kasus penyakit yang disebut parkinson postencephalitic, penyakit dengan banyak gejala yang sama seperti Parkinson.

Dalam percobaan lain yang lebih ketat, sebuah penelitian tahun 2009 menunjukkan bahwa tikus yang disuntik dengan virus flu H5N1 mengalami infeksi sel-sel di daerah otak yang diketahui mempengaruhi penyakit Parkinson.

Penelitian juga menunjukkan bahwa infeksi virus herpes tertentu dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Selain itu, radang otak yang disebabkan oleh virus dapat mengarah langsung pada penyakit Parkinson akut yang bertahan sementara, namun kasusnya sangat jarang.

"Tapi pada banyak kasus, infeksi virus di otak tidak terlihat. Dampak dari infeksi tidak akan diketahui sampai terjadi kerusakan otak yang cukup besar," kata Isacson seperti dilansir MyHealthNewsDaily.com, Kamis (16/2/2012).

Beberapa minggu setelah infeksi, jumlah molekul penyebab peradangan yang disebut sitokin mencapai puncaknya. Banyaknya jumlah sitokin inilah yang diduga bertanggung jawab atas kerusakan sel otak yang berhubungan dengan infeksi virus.

Jika peneliti bisa menemukan cara untuk memblokir jumlah molekul ini, maka risiko penyakit saraf dapat dikurangi.

Selain itu, peneliti juga mencoba mengidentifikasi virus yang menyebabkan lonjakan sitokin sangat parah untuk lebih memahami infeksi apa yang menimbulkan risiko terbesar bagi otak.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami infeksi apa saja yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memicu penyakit otak.

Sumber:
kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar