Kamis, 26 Mei 2011

KETIKA KITA TAK LAGI BERSAMA





Aku anak ke empat dari empat bersaudara. Semua keluargaku perempuan , kecuali bapak ku, hehehe :D. tapi sebenarnya kata orang tua aku dan kakak – kakak aku , aku itu punya abang derharu an dia seharusnya anak ke tiga dari keluarga kami, tetapi karena ALLAH sangat sayang kepada abangku itu, makanya ALLAH telah memanggilnya terlebih dahulu mendahului kami semua sejak ibuku ingin melahirkannya ke dunia ini. Dia bernama Abdul Rozak. Dan biasanya aku selalu memanggil a’rozak. Mungkin kalau dia hidup sampai sekarang, dia sudah berumur kurang lebih 25 tahun.
Sampai sekarang aku belum pernah merasakan bagaimana memiliki seorang abang yang dapat menjaga kami semua , menjaga keluarga , menjaga adik – adiknya dan kedua kakaknya . Terlebih sekarang bapak sudah tidak bersama dengan kami lagi. Bapak telah dipanggil juga sama ALLAH tepat pada hari minggu tanggal 24 April 2011 kemarin. Dua puluh satu hari setelah bapak merayakan ulang tahunnya yang ke 65 tahun. Kata dokter bapak ku punya lemah jantung.
Aku sangat ingat ketika ALLAH memanggilnya, aku melihat semua kejadiannya. Aku sedih, nangis dan gak tahu harus berbuat apa. Semaksimal mungkin ibuku terus mengajak bapak untuk mengatakan kalimat Lailahailallah, tapi apa daya bapak sudah tidak sanggup untuk berkata apapun. Aku disamping ibu hanya bisa diam dan terus tak sanggup melihat bapak.
Ketika bapak sudah tak bernyawa lagi, ibu memeluknya dengan erat sambil menangis, betapa tidak ibu sangat menyayangi bapak. Selama bapak sakit, ibu selalu merawatnya dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Akupun demikian, aku peluk bapak dengan erat dan mencium keningnya untuk yang terakhir kalinya.
Keesokan harinya, itu adalah hari pertama aku dan kakak – kakak ku tanpa seorang bapak. Serta pertama kalinya ibu tanpa sosok suaminya dan menyandang gelar seorang janda beranak tiga. Pagi itu setelah selesai shalat shubuh, aku melihat wajah ibu yang penuh dengan kesedihan, bagaimana tidak, ibu sangat ingat sekali tentang semua kejadian sakratul maut itu. Saat itu, aku hanya diam dan tak dapat berbuat apapun untuk ibu. Yang aku bisa hanya menyediakan secangkir teh untuk menenangkan hatinya. Dan Alhamdulillah , ibu sudah kembali ke keadaan normal.
Hari demi hari kami semua dapat lalui bersama, jalani hidup bersama dan sudah bisa bersenda gurau lagi. Kami semua baru mengetahui bahwa cita – cita bapak kami adalah menjadi seorang presiden yang dapat memimpin dan melindungi negeri ini dan bekerja hanya untuk kesejahteraan nusa dan bangsa. Kami tahu itu semua dari sepucuk surat yang tersimpan rapi dalam sebuah map. Surat itu bapak tulis saat beliau masih menduduki kelas enam SD.
Disini kami berdo’a semoga bapak diampuni dosa – dosanya, diterima segala amal ibadahnya di dunia ini, dilapangkan dan diterangi kuburannya, di jauhi dari siksa kubur dan siksaan api neraka dan diterima di sisi ALLAH swt.serta dapat memasuki surgaNYA,, amin ya robbal ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar