TUGAS KEDUA BAHASA INDONESIA
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
- Corak berpikir deduktif: silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme alternative atau entimen.Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan
- Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
- Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.
- Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, bukum, teori
atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan
atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang
merupakan bagian dari hal atau gejala di atas. Dengan kata lain, penalaran
deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar
untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar
itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada
di dalam pernyataan itu..
Jadi sebenarnya proses deduksi tidak menghasilkan suatu
pengetahuan yang baru, melainkan pernvataan kesimpulan yang konsisten dengan
pernyataan dasarnya. Sebagai contoh. kesimpulan-kesimpulan berikut sebenarnya
adalah implikasi permintaan “Bujur sangkar adalah segi empat yang sama sisi”.
(1) Suatu segi empat yang sisi-sisi horisontalnya tidak
sama panjang dengan sisi tegak lurusnya bukan bujur sangkar.
(2) Semua bujur sangkar harus merupakan segi empat, tetapi
tidak semua segi empat merupakan bujur sangkar.
(3) Jurnlah sudut dalam bujur sangkar ialah 360 derajat.
(4) Jika scbuah bujur sangkar dibagi dua dengan garis
diagonal akan terjadi dua segi tiga sama kaki.
(5) Segi tiga yang terbentuk itu merupakan segi tiga
siku-siku.
(6) Setiap segi tiga itu mempunyai dua sudut lancip yang
besarnya 45 derajat.
(7) Jumlah sudut dalam segi tiga itu 180 derajat.
Setiap pernyataan yang tercantum itu merupakan cara lain
untuk meng-ungkapkan pernyataan di atasnya secara konsisten. Pernyataan (2)
merupakan implikasi pernyataan (1), pernyataan (3) merupakan implikasi
pernyataan (2), dan seterusnya. Di sinilah letak perbedaannya dengan penalaran
induktif. Dalam penalaran induktif kesimpulan bukan merupakan implikasi data
yang diamati; artinya, kesimpulan mengenai fakta-fakta yang diamati tidak
tersirat di dalam
fakta itu sendiri.
Dalam praktek, proses penulisan tidak dapat dipisahkan dari
proses pemikiran/penalaran. Tulisan adalah perwujudan hasil
pemikiran/penalaran. Tulisan yang kacau mencerminkan pemikiran yang kacau.
Karena itu, latihan keterampilan menulis pada hakikatnva adalah pembiasaan
berpikir/bernalar secara tertib dalarn bahasa yang tertib pula.
Contoh penalaran deduktif:
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
Baim adalah manusia. (premis minor)
Baim pasti mati. (kesimpulan)
Baim adalah manusia. (premis minor)
Baim pasti mati. (kesimpulan)
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara
tidak langsung yaitu
- Silogisme Kategorial
- Silogisme Hipotesis
- Silogisme Akternatif
- Entimen.
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang
berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk
menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.
a. Silogisme
Kategorial
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1) Silogisme harus terdiri
atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme
Kategorial:
My : Semua mahasiswa
adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
My : Semua mahasiswa Universitas
Gunadarma harus membuat PI.
Mn : Amir tidak membuat PI.
K : Amir bukan mahasiswa Universitas Gunadarma.
Mn : Amir tidak membuat PI.
K : Amir bukan mahasiswa Universitas Gunadarma.
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis
mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak
anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh silogisme
hipotesis :
My : Jika tidak ada
air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
My : Jika tidak ada
udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak
mendapat udara.
c. Silogisme
Alternatif
Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas
premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan
salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh silogisme alternatif
:
My : Nenek Sumi berada
di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
My : Nenek Sumi berada
di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
d. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.
Contoh entimen:
1) Dia menerima hadiah
pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
2) Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
2) Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, bukum, teori
atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan
atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang
merupakan bagian dari hal atau gejala di atas. Dengan kata lain, penalaran
deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar
untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar
itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada
di dalam pernyataan itu..
Jadi sebenarnya proses deduksi tidak menghasilkan suatu
pengetahuan yang baru, melainkan pernvataan kesimpulan yang konsisten dengan
pernyataan dasarnya. Sebagai contoh. kesimpulan-kesimpulan berikut sebenarnya
adalah implikasi permintaan “Bujur sangkar adalah segi empat yang sama sisi”.
(1) Suatu segi empat yang sisi-sisi horisontalnya tidak
sama panjang dengan sisi tegak lurusnya bukan bujur sangkar.
(2) Semua bujur sangkar harus merupakan segi empat, tetapi
tidak semua segi empat merupakan bujur sangkar.
(3) Jurnlah sudut dalam bujur sangkar ialah 360 derajat.
(4) Jika scbuah bujur sangkar dibagi dua dengan garis
diagonal akan terjadi dua segi tiga sama kaki.
(5) Segi tiga yang terbentuk itu merupakan segi tiga
siku-siku.
(6) Setiap segi tiga itu mempunyai dua sudut lancip yang
besarnya 45 derajat.
(7) Jumlah sudut dalam segi tiga itu 180 derajat.
Setiap pernyataan yang tercantum itu merupakan cara lain
untuk meng-ungkapkan pernyataan di atasnya secara konsisten. Pernyataan (2)
merupakan implikasi pernyataan (1), pernyataan (3) merupakan implikasi
pernyataan (2), dan seterusnya. Di sinilah letak perbedaannya dengan penalaran
induktif. Dalam penalaran induktif kesimpulan bukan merupakan implikasi data
yang diamati; artinya, kesimpulan mengenai fakta-fakta yang diamati tidak
tersirat di dalam
fakta itu sendiri.
Dalam praktek, proses penulisan tidak dapat dipisahkan dari
proses pemi-kiran/penalaran. Tulisan adalah perwujudan hasil
pemikiran/penalaran. Tulisan yang kacau mencerminkan pemikiran yang kacau.
Karena itu, latihan ke-terampilan menulis pada hakikatnva adalah pembiasaan
berpikir/bernalar secara tertib dalarn bahasa yang tertib pula.
Sumber : deduktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar