TUGAS PERTAMA BAHASA INDONESIA
PENGERTIAN
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis,berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.proses inilah yang disebut
menalar. Ada dua metode dalam penalaran,yaitu deduktif dan induktif. Metode ini
akan dibahas lebih lanjut dalam page selanjutnya.
Sumber
: penalaran
PROPOSISI
Pengertian
proposisi ialah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan
antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Dengan kata
lain, Proposisi sebagai pernyataan yang didalamnya manusia mengakui atau
mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.
Proposisi dibagi
menjadi 4 jenis :
1. Bentuk: Tunggal dan
jamak.
Contoh:
- Agnes Monica
bernyanyi dan menari.
- Kakak memancing dan
memakan ikan.
2. Sifat: kategorial dan kondisional.
2. Sifat: kategorial dan kondisional.
Proposisi kategorial
adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikatnya tidak mempunyai
syarat apapun.
Contoh:
- Semua bayi menangis di malam hari.
- Setiap rumah memiliki atap.
Proposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:
Proposisi hipotesis adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang.
- Jika air dimasukkan ke kulkas maka akan terasa dingin.
Proposisi disjungtif adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat tidak membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Meja itu berwarna coklat atau hitam.
- Kakak membaca buku pelajaran atau komik.
3. Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.
Proposisi afirmatif adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh:
- Semua helm dipakai di kepala.
- Semua ayam betina bertelur.
Proposisi negative adalah proposisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh:
- Tidak ada satupun pria yang memakai rok.
- Tidak ada satupun mahluk hidup yang hidup kekal di dunia ini.
4. Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.
Proposisi universal adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh:
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
- Tidak ada satupun hewan herbivora yang memakan daging.
Contoh:
- Semua bayi menangis di malam hari.
- Setiap rumah memiliki atap.
Proposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:
Proposisi hipotesis adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang.
- Jika air dimasukkan ke kulkas maka akan terasa dingin.
Proposisi disjungtif adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat tidak membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Meja itu berwarna coklat atau hitam.
- Kakak membaca buku pelajaran atau komik.
3. Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.
Proposisi afirmatif adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh:
- Semua helm dipakai di kepala.
- Semua ayam betina bertelur.
Proposisi negative adalah proposisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh:
- Tidak ada satupun pria yang memakai rok.
- Tidak ada satupun mahluk hidup yang hidup kekal di dunia ini.
4. Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.
Proposisi universal adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh:
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
- Tidak ada satupun hewan herbivora yang memakan daging.
Sumber
: proposisi
INFERENSI dan
IMPLIKASI
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan
konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan
implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang
ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : Ban motor ani pecah sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
2. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-proposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : Ban motor ani pecah sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
2. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-proposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Sumber
: inferensi
Inferensi dalam pengertian lain merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi dari
fakta yang diketahui. Inferensi adalah
konklusi logis atau implikasi berdasarkan informasi yang
tersedia. Dalam sistem pakar, proses inferensi dialakukan dalam suatu
modul yang disebut inference engine. Ketika representasi pengetahaun pada
bagian knowledge base telah lengkap, atau paling tidak telah berada pada
level yang cukup akurat, maka representasi pengetahuan tersebut telah
siap digunakan.
Sumber
: inferensi1
Implikasi itu
artinya akibat, seandainya dikaitkan dengan konteks bahasa hukum, misalnya
implikasi hukumnya, berarti akibat hukum yang akan terjadi berdasarkan suatu
peristiwa hukum yang terjadi.
Bahasa hukum sebenarnya tidak rumit, prinsipnya bahasa hukum masih mengikuti kaidah EYD, bahasa Indonesia baku. Tetapi, untuk konteks tertentu, ada hal-hal yang tidak bisa mempergunakan bahasa Indonesia baku.
Bahasa hukum sebenarnya tidak rumit, prinsipnya bahasa hukum masih mengikuti kaidah EYD, bahasa Indonesia baku. Tetapi, untuk konteks tertentu, ada hal-hal yang tidak bisa mempergunakan bahasa Indonesia baku.
Sumber
: implikasi
WUJUD EVIDENSI
Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu
kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan
apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling
rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data
atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber
tertentu
Sumber
: evidensi
CARA MENGUJI DATA
Data dan informasi
yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu
diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang
merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara
yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi = Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
2. Kesaksian = Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
3. Autoritas = Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
1. Observasi = Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
2. Kesaksian = Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
3. Autoritas = Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah
data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk
mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang
atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta
tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan
diambil. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian
tersebut.
1. Konsistensi = Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalahkonsistenan.
2. Koherensi = Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalahkoharensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
1. Konsistensi = Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalahkonsistenan.
2. Koherensi = Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalahkoharensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
CARA MENGUJI AUTORITAS
Seorang penulis yang
objektif selalu menghindari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua.
Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja
atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data
eksperimental. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian
tersebut.
1. Tidak mengandung prasangka = Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas = Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal.
3. Kemashuran dan prestise = Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.
4. Koherensi dengan kemajuan = Hal yang keempat yang perlu diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
1. Tidak mengandung prasangka = Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas = Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal.
3. Kemashuran dan prestise = Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.
4. Koherensi dengan kemajuan = Hal yang keempat yang perlu diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Sumber
:satu , dua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar